I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Dalam ilmu geografi
kita dapat melakukan beberapa pendekatan untuk dapat mengetahui flora dan dan
fauna di Indonesia. Dalam makalah ini, penulis akan mengintegrasikan antara
pendekatan spasial yaitu lokasi flora dan fauna dan pendekatan ekologisnya
yaitu lingkungan flora dan fauna serta campur tangan dari manusia untuk menjaga kelestariannya.
Keberagaman flora dan fauna Indonesia dikelompokkan berdasarkan lokasi oleh Weber dan Wallacea yaitu Paparan Sunda, Paparan Peralihan (Wallace) dan Paparan Sahul. Pembagian ini dikarenakan pada awalnya Asia, Indonesia, dan Autralia menjadi satu, tetapi karena terjadinya penurunan suhu permukaan bumi sehingga air laut menjadi turun maka terpisahlah Asia, Indonesia dan Australia. Flora dan fauna bagian barat Indonesia mirip dengan Asia, flora dan fauna bagian timur Indonesia mirip dengan Australia dan pada bagian tengah Indonesia merupakan daerah peralihan antara flora dan fauna bagian barat dan bagian timur. Paparan Sunda meliputi Jawa, Kalimantan, Sumatra dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Paparan Peralihan meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Paparan Sahul meliputi Papua, kepulauan Aru dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Keberagaman flora dan fauna Indonesia dikelompokkan berdasarkan lokasi oleh Weber dan Wallacea yaitu Paparan Sunda, Paparan Peralihan (Wallace) dan Paparan Sahul. Pembagian ini dikarenakan pada awalnya Asia, Indonesia, dan Autralia menjadi satu, tetapi karena terjadinya penurunan suhu permukaan bumi sehingga air laut menjadi turun maka terpisahlah Asia, Indonesia dan Australia. Flora dan fauna bagian barat Indonesia mirip dengan Asia, flora dan fauna bagian timur Indonesia mirip dengan Australia dan pada bagian tengah Indonesia merupakan daerah peralihan antara flora dan fauna bagian barat dan bagian timur. Paparan Sunda meliputi Jawa, Kalimantan, Sumatra dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Paparan Peralihan meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Paparan Sahul meliputi Papua, kepulauan Aru dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Sudut pandang yang sering digunakan dalam
mengenal dan mengerti hutan rakyat adalah sudut pandang pragmatisme, geografis,
dan sistem tenurial (Awang et. al., 2002). Pandangan
pragmatisme melihat hutan yang dikelola rakyat hanya dari pertimbangan
kepentingan pemerintah saja. Semua pohon-pohonan atau tanaman keras yang tumbuh
di luar kawasan hutan negara langsung diklaim sebagai hutan rakyat. Konsekuensi
logisnya adalah hutan rakyat tidak diusahakan pada tanah negara. Pengertian
tersebut telah mengabaikan kapasitas pelaku pengusahaan hutan rakyat tetapi
lebih menekankan pada kepemilikan lahan (Dudung Darusman dan Harjanto, 2006).
Pandangan geografis menggambarkan aneka ragam bentuk dan pola serta sistem
hutan rakyat tersebut, berbeda satu sama lain tergantung letak geografis, ada
yang di dataran rendah, medium, tinggi dan jenis penyusunnya berbeda menurut
tempat tumbuh, serta sesuai dengan keadaan iklim mikro. Pandangan sistem
tenurial berkaitan dengan status misalnya status hutan negara yang dikelola
masyarakat, hutan adat, hutan keluarga dan lain-lain.
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum konservasi
flora dan fauna adalah agar mahasiswa
dapat mengetahui sekaligus memahami pengertian
dari konservasi flora fauna, kendala dalam pelestariannya dan pentingnya
tentang flora dan fauna itu, serta penerapannya oleh masyarakat agar
terwujudnya pengelolaan sumber daya hutan secara lestari.
Kegunaan
yang diharapkan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menambah wawasan
sekaligus memahami tata
cara konservasi flora dan fauna dalam pengelolaan sumber daya hutan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERLUNNYA
PERLINDUNGAN FLORA DAN FAUNA
Flora
dan fauna sangatlah besar peranannya bagi manusia.Dengan adannya flora dan
fauna,manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan perkembangan
teknolloginnya misalnya : tumbuhan yang dapat berguna bagi kesehatan.tentunnya
dengan ditemukannya penemuan-penemuan tersebut kehidupan manusia akan semakin
sejahtera dan ilmu pengetahuan mereka mulai berkembang yaitu dengan
melakukan penelitian yang lebih lanjut tentang kegunaan flora dan fauna
tersebut.sehingga disinilah manusia mulai memahami betapa pentingnya mereka
dalam hidup ini.
Dalam
masa pembangunan sekarang ini, masalah menjaga keserasian lingkungan semakin
penting. Usaha penyelamatan Sumber Daya Alam Hayati merupakan bagian dari
kegiatan pembangunan. Konsepsi perlindungan dan pengawetan Sumber Daya Alam
Hayati yang menjadikan jenis-jenis langka semata-mata sebagai sasarannya kini
telah beralih kepada usaha perlindungan dan pengawetan terhadap tipe-tipe
ekosistem dengan segenap anggota unsur pembentuknya.
Usaha
perlindungan dan pengawetan alam perlu dipadukan dengan usaha pelestarian tanpa
mengurangi dan mengganggu tercapainya tujuan pokok usaha konservasi, misalnya
pemanfaatan bagi pengembangan ilmu, pendidikan, rekreasi, tourisme, bahkan
membantu pemutaran roda ekonomi khususnya untuk peningkatan pemerataan kesejahteraan
rakyat banyak.
Adanya
suaka alam berupa cagar alam dan suaka marga satwa yang beupa taman wisata ,
taman safari hingga taman nasional, daerah penangkaran satwa maupun kebun
binatang dan adanya kebun botani serta penetapan jenis-jenis flora dan fauna
yang dilindungi dengan UU Perlindungan Alam merupakan perwujudan upaya dan
ikhtiar untuk menjaga Sumber Daya Alam Hayati dari ancaman bahaya punah.
2.2 PENTINNYA FLORA DAN FAUNA
Flora
dan fauna keberadaanya sangatlah penting.jika tidak ada flora dan fauna maka
keseimbangan alam akan terganggu karena tidak adanya hubungan timbal balik
(interaksi) antara manusia dan lingkungannya.selain itu manusia akan mengalami
kesusahan dalam memenuhi kebutuhannya karena manusia dan alam pada hakikatnya
dalah suatu kesatuan yang apabila salah satunya rusak maka semuannya juga akan
mengalami kerusakan.
2.3
HAMBATAN DAN TANTANGAN DALAM KONSERVASI FLORA DAN FAUNA
Hambatan
dan tantangan dalam melakukan konservasi yaitu terhambatanya oleh medan dan
waktu,keadaan yang alam yang berbeda,serta masih adanya kepercayaan
mitologi.salain itu juga dengan adannya ketidak sadaran masyarakat setempat
tehadap pentingnya alam karena dianggap kegiatan tersebut membuang-buan waktu
saja,dan tidak berguna.
Kendala / permasalahan dan upaya penanggulangannya
dalam konservasi lingkungan. Dalam melaksanakan pembangunan konservasi sumber
daya alam, dan ekosistemnya masih ditemui kendala pada umumnya diakibatkan oleh
:
1. Tekanan penduduk
2. Jumlah penduduk Indonesia yang padat sehingga
kebutuhan akan sumber daya alam meningkat.
3. Tingkat kesadaran
4. Tingkat kesadaran ekologis dari masyarakat masih
rendah, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah dan pendapatan yang
belum memadai. Sebagai contoh beberapa kawasan konservasi yang telah ditetapkan
banyak mengalami kerusakan akibat perladangan liar / berpindah-pindah.
5. Kemajuan teknologi :Kemajuan teknologi yang cukup
pesat akan menyerap kekayaan (eksploitasi sumber daya alam) dan kurangnya
aparat pengawasan serta terbatasnya sarana prasarana.
6. Peraturan dan perundang-undangan
|
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum konservasi flora dan fauna dilaksanakan pada hari Minggu, 13 April 2014, bertempatdi Kelurahan Ako, Kecamatan Pasangkayu, Mamuju Utara,
Provinsi Sulawesi Barat.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum konservasi flora dan fauna yaitu alat tulis menulis.
3.3 Cara
Kerja
Dalam pengambilan data dilakukan dengan cara mewawancarai masyarakat
sekitar Kelurahan Ako Tersebut dengan menagajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai data responden dan melihat potensi dari suatu lahan yang dimananya
terdapat tanaman Agroforestry.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan
masyarakat, kami mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut untuk mengetahui potensi dari konservasi flora dan fauna di
desa Ako tersebut :
1. Nama : H.
Pahang
2. Umur : 81
Tahun
3. Pendidikan : SR (Sekolah
Rakyat)
4. Berapa letak geografis pada Provinsi Sulawesi Barat ?
5. Status tanah yang dimiliki ?
6. Luasan lahan ?
7. Asal usul tanah ?
8. Jenis pohon yang di tanam ?
9. Berapa umur pohon ?
10. Asal bibit didapatkan ?
11. Berapa kali pemangkasan dilakukan ?
12. Penghargaan apa saja yang telah di dapatkan ?
13. Apakah sudah dapat memproduksi bibit sendiri ?
4.2 Pembahasan
Provinsi
Sulawesi Barat terletak pada koordinat 00 121 30
381 LS dan 1180 431 15” – 1190
54’3” BT, terletak di sebelah Barat pulau Sulawesi, dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut :
Di
sebelah barat dengan selat Makassar, disebelah Timur dengan Provinsi Sulawesi
Selatan, di sebelah Utara dengan Provinsi Sulawesi Tengah. Wilayah Provinsi
Sulawesi Barat mempunyai total luas wilayah mencapai 16.937,16 km2. Propinsi Sulawesi Barat adalah daerah yang terletak pada sisi barat Pulau Sulawesi yang merupakan pecahan dari Provinsi Sulawesi Selatan. Propinsi ini terbentuk pada tanggal 5
Oktober 2004 dan menetapkan Mamuju sebagai ibukota provinsi.
Secara topografi, Sulawesi Barat merupakan daerah pegunungan sehingga memiliki banyak aliran sungai yang cukup besar dan berpotensi untuk dikembangkan. Di Sulawesi Barat terdapat
193 buah gunung. Gunung tertinggi adalah Gunung Ganda Dewata dengan ketinggian 3.037 meter diatas permukaan laut yang menjulang tegak di
Kabupaten
Mamuju.
Bapak H. Pahang yang lahir di Endrekan 81 tahun yang lalu, yang
memiliki 5 orang anak, adalah seorang petani yang sukses bertempat di desa Ako,
Kecamatan Pasang kayu, Mamuju Utara dengan adanya penghargaan yang pernah ia
dapatkan selama mengelola lahan seluas 12 Ha, beliau adalah petani
Agroforestry, dengan pencampuran tanaman kehutanan dan pertanian di dalamnya.
Dengan modal menjual emas seberat 15 kg, pak haji membeli bibit lalu pada tahun
1988 beliau memulai menanam, awalnya yang ia tanam adalah bibit kemiri, namun
beliau kemudian mengantinya kembali, alasannya penghasilan dari kemiri mendapat
keuntungan yang sedikit, lalu beliau mengantinya dan menanam bibit eboni,
coklat, sengon, kayu manis, mahoni dan jadi, serta tanaman pertanian
lainnya. Dari hasil pengelolaan yang
baik Pak H.Pahang mendapat penghargaan dari berbagai
kategori, diantaranya ialah penghargaan dari Gubernur dalam kategori petani
sukses, lalu penghargaan BPTH Ujung Pandang sebagai petani sukses dan
penghargaan yang sama pula ia dapatkan sebagai penyebaran benih seluruh
Indonesia, ada pula penghargaan dari kementrian kehutanan.
Awal dari lahan tersebut
adalah anjuran dari pemerintah yang memberikan kepada masyarakat untuk membuka
hutan untuk dikelolah agar tetap
bertahan hidup. Tahun pembukaan lahan tersebut adalah tahun 1968. Status
kepemilikan lahan tersebut termaksud dalam kategori milik pribadi, jenis-jenis
pohon yang ada dalan lahan 12 Ha tersebut meliputi Eboni yang berusia 19 tahun,
Mahoni 11 tahun, Jati 16 tahun, Sengon 4 tahun, Gaharu 1 tahun dan Kayu manis
yang berusia 1 tahun. Pemangkasan pohon-pohon tersebut di lakukan secara 1 kali
pemangkasan saja, atau 1 kali dalam setahun. H.Pahang dahulunya mendapatkan
Bibit-bibit pohon tersebut dari daerah Donggala dan sekitarnya, namun sekarang
pak H.Pahang telah memproduksi bibit-bibit pohon sendiri.
Jarak tanam yang pak H.Pahang lakukan yaitu berjarak 4-5 meter perpohonnya.
Penyakit yang sering didapati yaitu kutu, atau pun gangguan hama lainnya yang
merusak coklat maupun memakannya.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Flora dan fauna
sangatlah penting baik bagi negara dan manusia karena itu merupakan suatu aset
yang sangat berharga dan tak ternilai harganya.mengapa demikian ? karena flora
dan fauna memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi dan memiliki sejuta peran
dalam hidup ini sehingga sangat perlu dilindungi. Flora dan fauna juga
memilika banyak manfaatnya dam sangat penting bagi manusia karena dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan manusia dan teknologinya.
Pak H.Pahang adalah petani yang sukses, banyak
penghargaan yang ia telah dapat melalui hasil usahanya didalam mengelolah lahan
seluas 12 Ha. Ketika 20 tahun kemudian, lahan tersebut akan menjadi tempat
tinggal dari burung-burung, karena melihat adanya potensi dari biji atau buah
yang nantinya akan menjadi makanan kumpulan burung-burung tersebut.
5.2 Saran
Dalam tulisan ini kami mengharapkan
agar potensi yang ada dapat menjadi suatu penelitian buat mahasiswa-mahasiswi
nantinya, karena dari survei yang ada kami melihat lahan agroforestry beliau
sangat dikelolah dengan baik. Namun dalam hal pemangkasan pohon sebaiknya
dilakukan 3 bulan sekali, agar pertumbuhan pohon itu bisa lebih cepat, dan
jarak tanam pun harus diperhatikan ketika pada areal yang lereng sebaiknya
dilakukan penjarangan 5 m jarak penanamannya.
DAFTAR PUSTAKA
Awang, S.A., et.al. 2007. Unit Manajemen
Hutan Rakyat: Proses Kontruksi Pengetahuan Lokal. Yogyakarta. Banyumili Art
Network, PKHR Fahutan UGM.
Dudung Darusman dan Harjanto. 2006. Prosiding Seminar
Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : Konstribusi Hutan Rakyat Dalam Kesinambungan
Industri Kehutanan. Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.